Seminar pada umumnya merupakan sebuah bentuk pengajaran
akademis, baik di sebuah universitas maupun diberikan oleh suatu
organisasi komersial atau profesional. Kata seminar berasal dari
kata latin seminarum, yang berarti "tanah tempat menanam
benih".
Sebuah seminar biasanya memiliki fokus pada suatu topik
yang khusus, di mana mereka yang hadir dapat berpartisipasi secara aktif.
Seminar seringkali dilaksanakan melalui sebuah dialog dengan seorang moderator
seminar, atau melalui sebuah presentasi hasil penelitian dalam bentuk yang lebih
formal. Biasanya, para peserta bukanlah seorang pemula dalam topik yang
didiskusikan (di universitas, kelas-kelas seminar biasanya disediakan untuk
mahasiswa yang telah mencapai tingkatan atas). Sistem seminar memiliki gagasan
untuk lebih mendekatkan mahasiswa kepada topik yang dibicarakan. Di beberapa
seminar dilakukan juga pertanyaan dan debat. Seminar memiliki sifat lebih
informal dibandingkan sistem kuliah di kelas dalam sebuah pengajaran akademis.
Perlu dicatat bahwa di beberapa universitas Eropa,
sebuah seminar dapat berarti kelas kuliah yang besar, khususnya ketika
dibawakan oleh ahli yang termasyhur (tanpa memperhatikan jumlah hadirin atau
jangkauan mahasiswa yang berpartisipasi dalam diskusi).
Setelah memahami bahwa proses pembelajaran
tidak hanya bersumber dari dalam kelas, seminar ini merupakan salah satu bentuk
proses pembelajaran selain di dalam kelas. Maka dari itu saya mengikuti
beberapa seminar yang akan saya jelaskan berikut ini.
Seminar 1
Seminar dengan tema "Relasi Interpersonal
yang Salah pada Generasi Muda" yang diadakan pada tanggal 27 April 2017 di
Auditorium D462 Kampus D Universitas Gunadarma, Depok. Seminar ini
diselenggarakan oleh BEM FIKTI (Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi)
Universitas Gunadarma. Seminar berlangsung dari pukul 08.30-13.00 WIB. Terdapat
3 narasumber, yaitu Dr. Dona Eka Putri, M.Psi (Psikolog), dr Arietta
Pusponegoro, SpOG(K) (Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi), dan IPDA
Nurull Kamila Wati, S.T.K (Kasubnit PPA Polresta Depok).
Kesimpulan dari seminar tersebut adalah :
1. Kenakalan remaja pada saat ini sudah sangat
menghawatirkan, dari mulai memakai narkoba, pergaulan bebas, tawuran dsb. Hal
itu dapat terjadi karena kurangnya perhatian dari keluarga terutama orang tua
yang tidak memberikan penanaman moral dan keimanan kepada anak untuk menjauhi
hal-hal negatif tersebut. Setiap orang tua harus menyisihkan sebagian waktu
dari kesibukannya untuk ngobrol dengan anak agar dapat memantau terus apa yang
dilakukan anak untuk mencegah kenakalan remaja yang merajalela. (Dr. Dona Eka
Putri, M.Psi)
2. Penggunaan gadget yang berlebihan dan
menyimpang dapat pula menjerumuskan remaja kepada perilaku negatif. Kebebasan
dalam mengakses internet dapat mudah disalah gunakan apabila pemiliknya kurang
keimanan atau tidak punya prinsip. Contoh kasus adalah pornografi mudah sekali
diakses melalui gadget. Hal itu akan membuat pemiliknya terutama remaja akan
terpengaruh dan ingin melakukannya sendiri di kehidupan nyata, yang tentunya
perilaku tersebut sangat menyimpang dan harus dihindari. (dr Arietta
Pusponegoro, SpOG(K))
3. Dibutuhkannya sinergitas antara masyarakat
dan polisi untuk menanggulangi permasalahan pada remaja ini. Polisi sudah
merupakan tugasnya untuk melakukan pemeriksaan, pengawasan terhadap kegiatan remaja
terutama di malam hari yang tidak jelas tujuannya apa, tapi kita sebagai
masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk melaporkan apabila ada suatu hal
yang bersifat negatif yang dilakukan oleh siapapun. (IPDA Nurull Kamila Wati,
S.T.K)
Seminar 2
Seminar dengan tema "The Power of
Klik" yang diadakan pada tanggal 28 April 2017 di Auditorium D462 Kampus D
Universitas Gunadarma, Depok. Seminar ini diselenggarakan oleh UKM Snap
Photography Universitas Gunadarma. Seminar berlangsung 2 sesi karena terpotong
solat jumat, sesi pertama dari pukul 09.30-11.30 lalu dilanjut sesi kedua dari
pukul 14.00-16.00 WIB. Terdapat 2 narasumber, yaitu Ray Bachtiar Dradjat dan
Setiadi Darmawan (Fotografer Profesional).
Kesimpulan dari seminar tersebut adalah :
1. Pada awalnya Setiadi Darmawan hanya
memiliki kamera biasa, kamera digital yang berukuran kecil. Namun menurut
beliau, hasil foto akan bergantung pada teknik dan kemampuan yang dimilik oleh
fotografer itu sendiri. Jadi mau sebagus apapun kameranya, jika yang mengambil
foto tidak memiliki kemampuan yang mumpuni, maka hasil fotonya akan biasa saja.
Perlahan beliau mulai memiliki kamera yang lebih canggih. Setiadi Darmawan
sudah hampir keliling Indonesia hanya untuk mencari spot foto yang indah namun
tersembunyi di Indonesia. Menurut beliau, setiap momen apalagi momen yang
dicapai dengan susah payah seperti naik gunung dsb nya tentu wajib diabadikan.
Foto merupakan benda yang bisa menggambarkan pemiliknya meskipun si pemiliknya
suda tiada. (Setiadi Darmawan)
2. Sebenarnya untuk belajar mengambil foto
dengan baik itu gampang gampang susah. Tergantung bagaimana niat dan tekad kita
untuk mengambil foto berkualtias atau bahkan menjadi seorang fotografer
profesional. Pekerjaan terbaik adalah hobi yang bisa menghasilkan uang. Dari
hanya memotret saja dapat menghidupi keluarga. (Ray Bachtiar Dradjat)
Seminar 3
Seminar dengan tema "Melawan Arus,
Saatnya Menjadi Pemuda Extraordinary" yang diadakan pada tanggal 10 Juni
2017 di Auditorium D462 Kampus D Universitas Gunadarma, Depok. Seminar ini
diselenggarakan oleh UKM Fajrul Islam Universitas Gunadarma. Seminar
berlangsung dari pukul 09.30-11.30 lalu dilanjut sesi kedua dari pukul
13.30-16.00 WIB. Terdapat 2 narasumber, yaitu Kang Abay (Penulis Novel Cinta
dalam Ikhlas) dan Choqi Isyaraqi (Penulis tumblr choqi-isyaraqi.tumblr.com).
Kesimpulan dari seminar tersebut adalah :
1. Orang yang dapat sukses di dunia adalah
orang-orang terpilih, hanya segelintir orang di dunia ini yang merasakan
sukses. Orang yang dapat masuk surga jumlahnya sangat sedikit sekali bahkan
jika diumpamakan ada 1000 manusia hanya 1 manusia yang dapat masuk surga. Hal
tersebut menggambarkan bahwa kita harus memperjuangkan apa yang ingin kita
capai, seperti sukses dan juga masuk surga. Untuk menjadi pemuda extraordinary,
maka terlebih dahulu kita harus mengenali diri kita sendiri. Kita harus tau
minat dan bakat kita itu seperti apa. Sesungguhnya Allah telat menggariskan
suatu bakat kepada kita hanya tinggal kita sendiri yang mampu atau tidak untuk
menemukannya dan memanfaatkannya. Hal yang harus dilakukan dalam rangka
menemukan diri yaitu mengikuti kata hati kita sendiri, melihat kembali masa
lalu, melalui tes bakat dan kepribadian. Setelah kita mengenal diri kita
sendiri, kita sudah mengetahui tujuan hidup kita seperti apa, maka kita dapat
mulai menjalankan hal tersebut sesuai dengan diri kita. Pastinya jika kita
melakukan pekerjaan sesuai passion kita, maka pekerjaan yang dirasa berat, akan
terasa ringan. Ada satu lagi yang akan mendukung kita menjadi pemuda yang
extraordinary, yaitu kita menjadi orang yang berbeda. Berbeda disini tentu
bermakna positif, artinya seperti kreatif, inovatif. Tidak ada kata terlambat
bagi kita untuk memulai suatu hal yang sesuai diri kita, yang sudah digariskan
oleh Allah, kita semua harus memanfaatkannya. (Kang Abay)
2. Kang Choqi adalah lulusan SITH ITB. Namun
beliau mengaku bahwa sebenarnya beliau salah jurusan. Hal tersebut tidak
membuat Kang Choqi menjadi patah semangat. Setelah melalui proses yang panjang,
akhirnya Kang Choqi menemukan passionnya yaitu menulis. Tentu dalam proses
menuju ke Kang Choqi yang sekarang melewati proses yang cukup panjang. Dari
yang awalnya berada di lingkungan yang bisa dibilang kurang baik dan tidak
sesuai, Kang Choqi berlalih ke arah lingkungan yang lebih baik. Sering
mengikuti mentoring, ceramah dsb membuat Kang Choqi menjadi yang sekarang. Kang
Choqi memberikan pemaparan mengenai perjuangan para pemuda pada saat zaman
Rasulullah yang sangat cerdas, pemberani, dan jujur. Mata uang yang berlaku di
negara manapun di dunia adalah KEJUJURAN. Hal tersebut yang sekarang mulai
luntur di kalangan pemuda. Pemuda sekarang kebanyakan tidak memikirkan masa
depan, cenderung hedonisme, dan hanya memikirkan urusan cinta. Kita sebagai
generasi muda penerus bangsa sudah seharusnya memiliki cita-cita yang tinggi
untuk mengharumkan agama, bangsa dan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar