Sabtu, 10 Juni 2017

Seminar Bermanfaat



Seminar pada umumnya merupakan sebuah bentuk pengajaran akademis, baik di sebuah universitas maupun diberikan oleh suatu organisasi komersial atau profesional. Kata seminar berasal dari kata latin seminarum, yang berarti "tanah tempat menanam benih".

Sebuah seminar biasanya memiliki fokus pada suatu topik yang khusus, di mana mereka yang hadir dapat berpartisipasi secara aktif. Seminar seringkali dilaksanakan melalui sebuah dialog dengan seorang moderator seminar, atau melalui sebuah presentasi hasil penelitian dalam bentuk yang lebih formal. Biasanya, para peserta bukanlah seorang pemula dalam topik yang didiskusikan (di universitas, kelas-kelas seminar biasanya disediakan untuk mahasiswa yang telah mencapai tingkatan atas). Sistem seminar memiliki gagasan untuk lebih mendekatkan mahasiswa kepada topik yang dibicarakan. Di beberapa seminar dilakukan juga pertanyaan dan debat. Seminar memiliki sifat lebih informal dibandingkan sistem kuliah di kelas dalam sebuah pengajaran akademis.

Perlu dicatat bahwa di beberapa universitas Eropa, sebuah seminar dapat berarti kelas kuliah yang besar, khususnya ketika dibawakan oleh ahli yang termasyhur (tanpa memperhatikan jumlah hadirin atau jangkauan mahasiswa yang berpartisipasi dalam diskusi).

Setelah memahami bahwa proses pembelajaran tidak hanya bersumber dari dalam kelas, seminar ini merupakan salah satu bentuk proses pembelajaran selain di dalam kelas. Maka dari itu saya mengikuti beberapa seminar yang akan saya jelaskan berikut ini.

Seminar 1



Seminar dengan tema "Relasi Interpersonal yang Salah pada Generasi Muda" yang diadakan pada tanggal 27 April 2017 di Auditorium D462 Kampus D Universitas Gunadarma, Depok. Seminar ini diselenggarakan oleh BEM FIKTI (Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi) Universitas Gunadarma. Seminar berlangsung dari pukul 08.30-13.00 WIB. Terdapat 3 narasumber, yaitu Dr. Dona Eka Putri, M.Psi (Psikolog), dr Arietta Pusponegoro, SpOG(K) (Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi), dan IPDA Nurull Kamila Wati, S.T.K (Kasubnit PPA Polresta Depok).

Kesimpulan dari seminar tersebut adalah :



1. Kenakalan remaja pada saat ini sudah sangat menghawatirkan, dari mulai memakai narkoba, pergaulan bebas, tawuran dsb. Hal itu dapat terjadi karena kurangnya perhatian dari keluarga terutama orang tua yang tidak memberikan penanaman moral dan keimanan kepada anak untuk menjauhi hal-hal negatif tersebut. Setiap orang tua harus menyisihkan sebagian waktu dari kesibukannya untuk ngobrol dengan anak agar dapat memantau terus apa yang dilakukan anak untuk mencegah kenakalan remaja yang merajalela. (Dr. Dona Eka Putri, M.Psi)



2. Penggunaan gadget yang berlebihan dan menyimpang dapat pula menjerumuskan remaja kepada perilaku negatif. Kebebasan dalam mengakses internet dapat mudah disalah gunakan apabila pemiliknya kurang keimanan atau tidak punya prinsip. Contoh kasus adalah pornografi mudah sekali diakses melalui gadget. Hal itu akan membuat pemiliknya terutama remaja akan terpengaruh dan ingin melakukannya sendiri di kehidupan nyata, yang tentunya perilaku tersebut sangat menyimpang dan harus dihindari. (dr Arietta Pusponegoro, SpOG(K))



3. Dibutuhkannya sinergitas antara masyarakat dan polisi untuk menanggulangi permasalahan pada remaja ini. Polisi sudah merupakan tugasnya untuk melakukan pemeriksaan, pengawasan terhadap kegiatan remaja terutama di malam hari yang tidak jelas tujuannya apa, tapi kita sebagai masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk melaporkan apabila ada suatu hal yang bersifat negatif yang dilakukan oleh siapapun. (IPDA Nurull Kamila Wati, S.T.K)

Seminar 2



Seminar dengan tema "The Power of Klik" yang diadakan pada tanggal 28 April 2017 di Auditorium D462 Kampus D Universitas Gunadarma, Depok. Seminar ini diselenggarakan oleh UKM Snap Photography Universitas Gunadarma. Seminar berlangsung 2 sesi karena terpotong solat jumat, sesi pertama dari pukul 09.30-11.30 lalu dilanjut sesi kedua dari pukul 14.00-16.00 WIB. Terdapat 2 narasumber, yaitu Ray Bachtiar Dradjat dan Setiadi Darmawan (Fotografer Profesional).

Kesimpulan dari seminar tersebut adalah :



1. Pada awalnya Setiadi Darmawan hanya memiliki kamera biasa, kamera digital yang berukuran kecil. Namun menurut beliau, hasil foto akan bergantung pada teknik dan kemampuan yang dimilik oleh fotografer itu sendiri. Jadi mau sebagus apapun kameranya, jika yang mengambil foto tidak memiliki kemampuan yang mumpuni, maka hasil fotonya akan biasa saja. Perlahan beliau mulai memiliki kamera yang lebih canggih. Setiadi Darmawan sudah hampir keliling Indonesia hanya untuk mencari spot foto yang indah namun tersembunyi di Indonesia. Menurut beliau, setiap momen apalagi momen yang dicapai dengan susah payah seperti naik gunung dsb nya tentu wajib diabadikan. Foto merupakan benda yang bisa menggambarkan pemiliknya meskipun si pemiliknya suda tiada. (Setiadi Darmawan)



2. Sebenarnya untuk belajar mengambil foto dengan baik itu gampang gampang susah. Tergantung bagaimana niat dan tekad kita untuk mengambil foto berkualtias atau bahkan menjadi seorang fotografer profesional. Pekerjaan terbaik adalah hobi yang bisa menghasilkan uang. Dari hanya memotret saja dapat menghidupi keluarga. (Ray Bachtiar Dradjat)

Seminar 3



Seminar dengan tema "Melawan Arus, Saatnya Menjadi Pemuda Extraordinary" yang diadakan pada tanggal 10 Juni 2017 di Auditorium D462 Kampus D Universitas Gunadarma, Depok. Seminar ini diselenggarakan oleh UKM Fajrul Islam Universitas Gunadarma. Seminar berlangsung dari pukul 09.30-11.30 lalu dilanjut sesi kedua dari pukul 13.30-16.00 WIB. Terdapat 2 narasumber, yaitu Kang Abay (Penulis Novel Cinta dalam Ikhlas) dan Choqi Isyaraqi (Penulis tumblr choqi-isyaraqi.tumblr.com).

Kesimpulan dari seminar tersebut adalah :



1. Orang yang dapat sukses di dunia adalah orang-orang terpilih, hanya segelintir orang di dunia ini yang merasakan sukses. Orang yang dapat masuk surga jumlahnya sangat sedikit sekali bahkan jika diumpamakan ada 1000 manusia hanya 1 manusia yang dapat masuk surga. Hal tersebut menggambarkan bahwa kita harus memperjuangkan apa yang ingin kita capai, seperti sukses dan juga masuk surga. Untuk menjadi pemuda extraordinary, maka terlebih dahulu kita harus mengenali diri kita sendiri. Kita harus tau minat dan bakat kita itu seperti apa. Sesungguhnya Allah telat menggariskan suatu bakat kepada kita hanya tinggal kita sendiri yang mampu atau tidak untuk menemukannya dan memanfaatkannya. Hal yang harus dilakukan dalam rangka menemukan diri yaitu mengikuti kata hati kita sendiri, melihat kembali masa lalu, melalui tes bakat dan kepribadian. Setelah kita mengenal diri kita sendiri, kita sudah mengetahui tujuan hidup kita seperti apa, maka kita dapat mulai menjalankan hal tersebut sesuai dengan diri kita. Pastinya jika kita melakukan pekerjaan sesuai passion kita, maka pekerjaan yang dirasa berat, akan terasa ringan. Ada satu lagi yang akan mendukung kita menjadi pemuda yang extraordinary, yaitu kita menjadi orang yang berbeda. Berbeda disini tentu bermakna positif, artinya seperti kreatif, inovatif. Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk memulai suatu hal yang sesuai diri kita, yang sudah digariskan oleh Allah, kita semua harus memanfaatkannya. (Kang Abay)




2. Kang Choqi adalah lulusan SITH ITB. Namun beliau mengaku bahwa sebenarnya beliau salah jurusan. Hal tersebut tidak membuat Kang Choqi menjadi patah semangat. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya Kang Choqi menemukan passionnya yaitu menulis. Tentu dalam proses menuju ke Kang Choqi yang sekarang melewati proses yang cukup panjang. Dari yang awalnya berada di lingkungan yang bisa dibilang kurang baik dan tidak sesuai, Kang Choqi berlalih ke arah lingkungan yang lebih baik. Sering mengikuti mentoring, ceramah dsb membuat Kang Choqi menjadi yang sekarang. Kang Choqi memberikan pemaparan mengenai perjuangan para pemuda pada saat zaman Rasulullah yang sangat cerdas, pemberani, dan jujur. Mata uang yang berlaku di negara manapun di dunia adalah KEJUJURAN. Hal tersebut yang sekarang mulai luntur di kalangan pemuda. Pemuda sekarang kebanyakan tidak memikirkan masa depan, cenderung hedonisme, dan hanya memikirkan urusan cinta. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa sudah seharusnya memiliki cita-cita yang tinggi untuk mengharumkan agama, bangsa dan negara.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar